Translate

Tampilkan postingan dengan label lagu minang populer. Tampilkan semua postingan
Tampilkan postingan dengan label lagu minang populer. Tampilkan semua postingan

Jumat, 30 Agustus 2019

SYAHRUL TARUN YUSUF: SANG MAESTRO

Syahrul Tarun Yusuf. Tak kenal?

Sudahlah, pilihlah lagu-lagu Minang nan rancak, sebagian besar pasti diciptakan lelaki ini.

Syahrul Tarun Yusuf yang lahir di nagari Balingka, Kabupaten Agam, Sumatera Barat pada 12 Maret 1942 Ayahnya Yusuf Dt. Lelo Marajo, seorang pemangku adat di Pesukuan Koto, Jorong Koto Hilalang, Balingka. Ibunya Hj. Nurani Gani, seorang bidan dan biasa dipanggil One oleh mmasyarakat Balingka.
Beliau menikah dengan seorang wanita berdarah Makassar, Sulawesi Selatan, bernama Misnani. Pernikahan mereka telah dikaruniai tujuh orang anak dan belasan cucu. Di masa tuanya sekarang, Syahrul Tarun tinggal di kampung halamannya, Balingka, bersama istri, anak dan cucu mereka.

Karya Sang Maestro

Sudah lebih dari 400 judul lagu yang tercipta dari imajinasi Syahrul sejak ia mulai berkarya pada tahun 1960-an. Banyak di antaranya yang menjadi hit dan abadi sepanjang masa bagi penggemar musik Minang. Karya-karya Syahrul banyak dibawakan dan membesarkan penyanyi-penyanyi Minang, seperti Elly Kasim, Tiar Ramon, Yan Bastian, Lily Syarif, Nurseha dan sederatan panjang penyanyi generasi sekarang.

Lagu-lagu ciptaan Syahrul tidak hanya dinikmati oleh warga Sumatera Barat, namun juga digemari oleh oleh publik sejumlah negara tetangga, seperti Malaysia, Singapura dan lain-lain. Sering lagu ciptaannya didaur ulang sampai beberapa kali. Lagu karya Syahrul juga sempat mewarnai film layar lebar yang berjudul Merantau. Bagi warga Sumatera Barat, karya Syahrul Tarun Yusuf adalah bentuk peninggalan budaya Minang modern. Syair lagu-lagu Syahrul sering menjadi sumber tesis bagi para mahasiswa karawitan.
Walaupun namanya kalah tenar dibandingkan lagu-lagu ciptaannya, namun Syahrul Tarun Yusuf atau Satayu merupakan nama yang tak bisa dilupakan begitu saja dalam sejarah pop Minang klasik yang berakar pada pantun modern. Dengan menganut prinsip kehati-hatian, tidak asal jadi dalam mencipta lagu serta belajar dari alam dan budaya Minangkabau, Syahrul telah menghasilkan lagu-lagu yang yang berkesan mendalam dan abadi bagi masyarakat Minang maupun warga lainnya yang kebetulan menggemari musik Minang.

Sebagai bentuk penghargaan terhadap karya-karyanya, pada tahun 2009 buku biografi tentang perjalanan hidup Syahrul Tarun Yusuf yang ditulis oleh Muchsis Muchtar St. Bandaro Putiah diluncurkan.  Dalam buku itu ditulis: "Sebagai seorang pencipta lagu, nama Syahrul Tarun Yusuf mungkin tidaklah setenar lagu-lagu yang dibuatnya. Karyanya boleh saja melegenda dan menjadi idola bagi seluruh masyarakat Minangkabau.
Namun siapa penciptanya, mungkin tak banyak yang tahu."
Kala lirik lagunya bergelut dengan cinta, semua pendengar terbawa hanyut, terenyuh, seakan-akan manjadi pelaku dari kisah cinta itu sendiri. Begitu juga sewaktu goresan penanya bercerita tentang kesedihan hati meninggalkan kampung halaman atau tentang kerinduan terhadap ibunda yang ditinggalkan. Banyak orang yang ikut terdiam, membisu, larut dalam kerinduan itu.

Susunan kata-kata yang didukung oleh aluan suara penyanyi serta musik yang mendayu-dayu begitu menyentuh dan mengena di hati setiap pendengarnya. Kebolehannya dalam membawa hanyut para pendengar juga diperlihatkan pada lagu-lagu bertemakan sosial kemasyarakatan dan realita kehidupan masyarakat Minangkabau.
Tak banyak yang tahu dengan pencipta lagu yang melegenda di Ranah Minang itu. Diantara beberapa lagu hasil karyanya adalah:
• Ampun Mande
• Bapisah Bukannyo Bacarai
• Batu Tagak
• Bika si Mariana
• Bugih Lamo
• Gasiang Tangkurak
• Hujan
• Karam di Lauik Cinto
• Kasiah Tak Sampai
• Minang Maimbau
• Oi Andam Oii
• Ranah Balingka
• Tinggalah Kampuang

Sekedar Pelengkap Analisis untuk Sang Maestro

Pria ini mungkin kalah tenar dibandingkan lagu-lagu ciptaannya. Tiar Ramon dan Elly Kasim adalah beberapa penyanyi yang berkembang setelah menyanyikan lagunya. Syahrul Tarun Yusuf atau Satayu, merupakan nama yang tak bisa dilupakan begitu saja dalam sejarah pop Minang klasik yang berakar pada pantun modern.

Sejak tahun 1960-an, lagu-lagunya cukup akrab bagi publik sejumlah negara tetangga. Tak jarang, lagunya didaur ulang sampai belasan kali. Bahkan, baru-baru ini lagu karyanya mewarnai film layar lebar berjudul Merantau.
Bagi Syahrul Tarun sendiri, adalah suatu yang tak diduga bila banyak lagu ciptaannya menjadi lagu-lagu yang populer dan abadi di masyarakat hingga kini. "Saya menganut prinsip kehati-hatian, tidak asal jadi dalam mencipta lagu. Saya banyak belajar dari alam dan budaya Minangkabau," ungkapnya suatu kali.

Tarun kini tinggal di Balingka bersama tujuh orang anak dan sembilan cucunya. Untuk menambah penghasilan, sang istri Misnani asal Makassar, Sulawesi Selatan, belajar sulaman Koto Gadang. Sedangkan anaknya membuka usaha warung internet. Bagi warga Sumbar, karya Tarun adalah bentuk peninggalan budaya Minang modern. Tak heran syair lagu-lagu Tarun kerap menjadi sumber tesis para mahasiswa karawitan. Bahkan, Mantan Menteri Dalam Negeri Gamawan Fauzi merupakan salah satu penggemar karya Tarun.

Selama alam masih terkembang, Tarun akan terus berguru dan mengasah kemampuannya menciptakan lagu yang tak lekang dimakan zaman.

Dari berbagai sumber...





PESONA DANAU KEMBAR

Serupa tapi tak sama namun keindahannya sebanding, itulah Danau Di Atas dan Danau Di Bawah di Solok, Sumatera Barat. Kedua danau ini berdamp...