Translate

Jumat, 18 Mei 2018

BERAMAI RAMAI MEMBUNUH KEBENARAN , BERSAMA - SAMA HIDUP DALAM AIB

Oleh : Letjen TNI (Purn) Kiki Syahnakri 

(tokoh militer Indonesia).


TENTARA musuh memasuki sebuah desa . Mereka menodai kehormatan seluruh wanita di desa itu, kecuali seorang wanita yang selamat dari penodaan. 

Dia melawan, membunuh dan kemudian memenggal kepala tentara yang akan menodainya.


Ketika seluruh tentara sudah pergi meninggalkan desa itu, para wanita malang semuanya keluar dengan busana compang-camping, meraung, menangis dan meratap, kecuali satu orang wanita tadi.


Dia keluar dari rumahnya dengan busana rapat dan bersimbah darah sambil menenteng kepala tentara itu dengan tangan kirinya.


Para wanita bertanya : Bagaimana engkau bisa melakukan hal itu dan selamat dari bencana ini ?


Ia menjawab : Bagiku hanya ada satu jalan keluar. Berjuang membela diri atau mati dalam menjaga kehormatan.


Para wanita mengaguminya, namun kemudian rasa was-was merambat dalam benak mereka. Bagaimana nanti jika para suami menyalahkan mereka gara-gara tahu ada contoh wanita pemberani ini.


Mereka kawatir sang suami akan bertanya, Mengapa kalian tidak membela diri seperti wanita itu, bukankah lebih baik mati dari pada ternoda ..?


Kekaguman pun berubah menjadi ketakutan yang memuncak. 

Bawah sadar ketakutan para wanita itu seperti mendapat komando.


Mereka beramai-ramai menyerang wanita pemberani itu dan akhirnya membunuhnya. 

Ya, membunuh kebenaran agar mereka dapat bertahan hidup dalam aib, dalam kelemahan, dalam fatamorgana bersama.


Beginilah keadaan kita saat ini, orang-orang yang terlanjur rusak. 

Mereka mencela, mengucilkan, menyerang dan bahkan membunuh eksistensi orang-orang yang masih konsisten menegakkan kebenaran, agar kehidupan mereka tetap terlihat berjalan baik.


Walau sesungguhnya penuh aib, dosa, kepalsuan, pengkhianatan, ketidak berdayaan, dan menuju pada kehancuran yang nyata.


Sebelum terlambat, pastikan berani berpihak kepada KEBENARAN.***

Selasa, 15 Mei 2018

ISLAM TERTUDUH

Penulis: Prof.Badrul Mustafa


Paruh pertama rezim Orba Pak Harto dikelilingi oleh para perwira militer seperti Jend. Maraden Panggabean (kemudian dilanjutkan oleh kadernya Jend. Leonardus Benny Moerdhani), Laksamana Soedomo, Jend. Ali Moertopo, TB Silalahi, tokoh sipil JB Sumarlin, Raduis Prawiro dll.  Di era tersebut sampai masuk ke paruh kedua pemerintahan pak Harto, islam disudutkan dan mendapat tekanan yang luar biasa.  Banyak teror terjadi, rekayasa dll.  Dibentuknya lembaga seperti Kopkamtib (Komando Operasi Keamanan dan Ketertiban) adalah dengan tujuan untuk meredam gerakan umat islam yang mulai marak, dimana umat mulai banyak tertarik untuk meramaikan masjid.  


Ramainya aktivitas di masjid-masjid, terutama di perkotaan, umumnya dipelopori oleh masjid-masjid kampus perguruan tinggi.  Diakui bahwa pelopor ini semua adalah Bang Imad (Dr. Ir. Imaduddin Abdulrahim, MSc.), dosen Jurusan Teknik Elektro ITB. Beliau yang juga kader Dr. Moh. Natsir ini bersama sejumlah ulama Bandung/Jawa Barat membuat masjid Salman ITB penuh dengan kegiatan yang kreatif, yang menarik umat untuk mendatangi masjid Salman untuk belajar. 

Kemudian banyak masjid lain terinspirasi oleh pembinaan masjid Salman ITB ini, tidak saja masjid di lingkungan kota Bandung, Jawa Barat dan DKI Jakarta, bahkan juga ke berbagai kota di provinsi lain.  


Bang Imad juga sering berkeliling ke masjid-masjid kampus di berbagai provinsi untuk memberikan pengarahannya dalam mengembangkan aktivitas masjid.  Itu dilakukan beliau sejak sekitar tahun 1970.


Mulai bangkitnya kegiatan keagamaan ini nampaknya mengkhawatirkan Pak Harto yang saat itu dikelilingi oleh orang-orang seperti yang disebutkan di atas.  Melihat bangkitnya umat islam, yang dikhawatirkan akan berdampak buruk terhadap(kelanggengan) kekuasaannya, maka dibuatlah berbagai aturan yang membatasi dan mengekang kebebasan.  Termasuk membuat KOPKAMTIB tsb.

Pada saat itu sering terjadi teror.  Ada teror komando jihad.  Ada teror Kelompok Jamaah Imran dlsb.  Membenturkan Pancasila dengan islam adalah salahsatu upaya untuk menyudutkan umat islam.


Mengenai teror-teror tersebut, menarik untuk disimak kajian Busro Muqoddas, yang ditulis dalam disertasinya dan juga bukunya, bahwa semua itu adalah rekayasa intelijen.  Silakan searching di google dengan mengetik Busyro Muqoddas + Komando Jihad.


Sebelum tulisan Busyro Muqoddas itu keluar, orang hanya bisa menduga-duga bahwa apa yang terjadi ketika itu (antara 1970 - 1984) adalah rekayasa.  Tidak ada yang berani menuduh bahwa itu rekayasa, kecuali beberapa orang tokoh saja seperti tokoh yang tergabung dalam Petisi 50.


Banyak memang yang heran dengan berbagai kasus teror yang terjadi.  Misalnya Kelompok/Jamaah (teror) Imran.  Orang baru sadar bahwa Imran ini sesungguhnya adalah aktor rekayasa , dengan sutradaranya intelijen, setelah beberapa waktu berlalu.  Ketika itu dengan aturan ketat yang dibuat oleh rezim, orang tidak berani bicara keras menentang asas tunggal Pancasila.  Tapi herannya, kok Imran bisa bicara keras menentang asas tunggal Pancasila di masjid Istiqamah Bandung selama berhari-hari.  Ia juga bicara di berbagai tempat lain menentang asas tunggal ini.  Sementara orang lain yang bicara sama sudah ditangkap intel dan dibawa ke Kodim.


Rupanya itu memang skenarionya.  Dengan kemampuan orasinya yang hebat, Imran berhasil merekrut pemuda yang semangat islamnya sedang menyala hebat, tapi punya pikiran yang pendek.  Maka terrekrutlah nama-nama seperti Salman  Hafiz dll.  Pemuda-pemuda masjid yang militan ini terus dipanasi oleh Imran.  Akibatnya banyak pemuda jamaah Imran ini ditangkap dan ditahan di Kosekta 65 Cicendo Bandung.  Imran sendiri yang bicara lantang masih bebas.  Mungkin perannya masih dibutuhkan intelijen.


Kemudian pada 11 Maret 1981, pukul 00.30 WIB, sebanyak 14 anggota Jamaah Imran menyerbu kantor Kosekta 65 Bandung. Mereka membunuh empat anggota polisi yang tengah bertugas dan merebut sejumlah senjata.  Dengan senjata rebutan ini mereka kemudian membajak pesawat Woyla.  itulah pertama kali, dan mungkin satu-satunya sampai saat ini, pembajakan pesawat udara di Indonesia.  Hebat (sandiwara ini) bukan?


Jadi, tugas Imran yang diberikan oleh sutradara sudah jelas.  Ia berhasil merekrut pemuda dengan semangat militansi islam yang tinggi tapi pikiran sempit, lalu membuat sebuah aksi.  Buah dari aksi ini sesuai dengan yang diharapkan oleh sutradara, yakni balasan dari aparat untuk menekan islam dan  mencoreng citra islam.  Islam jadi tertuduh.  Jadilah islam itu dituduh sebagai agama teror.


Paruh kedua pemerintahan Orba Pak Harto berubah.  Beliau merangkul islam.  ICMI direstui dan diberi tempat.  Pada paruh ini umat islam aman.  Kehidupan keagamaan hidup kembali.  Pengajian-pengajian marak dimana-mana.  Tidak ada lagi larangan berkumpul lebih dari lima orang seperti sebelum tahun 1984.


Namun, ketika orde reformasi berjalan, penyakit lama muncul lagi.  Ada kemudian peristiwa bom Bali dengan pelaku antara lain Amrozi, Imam Samudera, Gufron.

Meledak bom yang sangat dahsyat yang menewaskan banyak orang.  Keheranan pun menyeruak.  Bahkan pakar militer dari Australia sendiri tidak yakin bahwa ledakan sedahsyat itu dilakukan oleh orang seperti Imam Samudera Cs.  Ini sejalan dengan penolakan Kapolri Da'i Bachtiar ketika itu terhadap usulan Ketua MPR-RI (Amien Rais) dimana Amien Rais mengusulkan agar Imam Samudra Cs melakukan rekonstruksi membuat bom seperti yang dilakukannya, lalu diledakkan di lapangan kosong untuk menjaga agar tidak timbul kerusakan/bencana.  Kapolri menolak.

Amien Rais dan sejumlah analis menduga, bahwa Amrozi Cs memang merakit dan meledakkan bom rakitannya di Bali.  Tapi pada saat yang sama meledak bom besar yang menghancurkan itu.  Bom besar inilah yang dicurigai oleh Amien Rais dan beberapa analis lain.  Inilah yang tidak terungkap.  Tepatnya (?) tidak boleh diungkap.


Dengan berhasilnya Amrozi Cs meledakkan bom, maka target tercapai, yakni umat islam yang diwakili Amrozi Cs menjadi tertuduh sebagai agama teror.  islam itu teroris.


Jadi, Amrozi, Imam Samudra, dan Gufron Cs ini sama saja dengan Salman Hafiz dan kelompok Jamaah Imran dulu adalah pemuda militan tapi berpikiran sempit.  Mereka mudah direkrut untuk jadi "pemain" yang tanpa mereka sadari merusak citra islam.


Orang-orang seperti ini mungkin masih banyak.  Mereka mudah dipancing, dipanas-panasi dan difasilitasi untuk melakukan sebuah aksi.  Nah, melihat hal seperti ini, tentu kita kasihan san mungkin juga marah kepada orang-orang yang mudah terpancing ini.  Tapi tentu kita harusnya sangat marah kepada para pemancing?  Merekalah provokator yang sesungguhnya.  Pemerintah harus menyelidiki/mengungkap ini.  Harus dihentikan.


Cara menghentikannya adalah, aparat yang ditugaskan untuk melawan terorisme harus menangkap hidup-hidup pelaku teror, lalu diadili.  Di sidang pengadilan in syaa Allah akan terungkap apakah ini murni teror atau rekayasa.  Bisa terungkap pula siapa sutradara dan motifnya.


----------------------------

Pada kasus bom bunuh diri misalnya, saya masih ingat nama Asmar Latinsani yang meledakkan bom sekaligus ia terbunuh di sebuah halaman hotel.  Orang langsung menuduh ini teror dari seorang muslim.  Namanya sangat muslim.  Tapi, apakah kita tahu apa yang sebenarnya terjadi dengan tewasnya Asmar ini?  Siapa tahu, ia yg mungkin seorang yang lugu, yg tidak tahu apa-apa, disuruh oleh seseorang untuk mengantarkan sesuatu barang kepada seorang tamu di sebuah hotel.  Lalu di mobil tersebut diletakkan sebuah bom yang tombol bomnya dipegang oleh sutradara?

Senin, 14 Mei 2018

INDONESIA TARGET AMERIKA

Amerika sejak kemerdekaan berperan besar dalam perubahan di Indonesia.
Tidak ada satu kedutaan besar negara di dunia yang tidak melakukan aktivitas intelijen di negara yang ditempatinya. Urusan penilaian terhadap kondisi negara yang menjadi wilayah kedutaan merupakan tugas wajib duta besar dan diplomat yang bersamanya.
Bagi negara yang tidak memiliki ideologi, keberadaan kedubes paling-paling hanya terbatas pada urusan kerja sama bilateral antarkedua negara di bidang politik, ekonomi, kebudayaan, dan hankam. Sifatnya pasif.
Sementara bagi negara yang memiliki ideologi, duta besar dan diplomat memiliki tugas yang jauh lebih besar dari itu. Mereka bisa memiliki agenda sendiri di luar urusan-urusan resmi terkait dengan negara di mana mereka bertugas. Mereka bisa saja bertugas menghancurkan negara sasaran termasuk memasok senjata dan sejenisnya.
Dalam hubungan diplomatik, telah menjadi konvensi internasional bahwa para diplomat memiliki kekebalan diplomatik, tidak hanya menyangkut fisik/diri diplomatnya tapi juga segala yang bersama dengan diplomat itu seperti barang, dokumen, dan sebagainya. Negara yang dituju tidak boleh memeriksa itu. Makanya, korps diplomatik dalam beberapa kasus di dunia menjadi alat kejahatan yang luar biasa.
Reformasi
Di Indonesia sendiri, peran Amerika sangat besar. Lahirnya era reformasi tak lepas dari keinginan AS setelah Soeharto tak mau lagi tunduk pada pemerintahan Washington. Berbagai jalan dilakukan untuk menjatuhkannya termasuk menggunakan LSM. Terungkap ada dana 26 juta dolar sejak 1995 kepada LSM tersebut dengan kedok mendukung HAM dan kebebasan berekspresi.
Beberapa jam sebelum Soeharto lengser, Menlu AS ketika itu Madeline Albright mengisyaratkan supaya Presiden Soeharto mundur agar krisis terpecahkan. Bersamaan dengan itu, pemerintah AS mengumumkan telah mengirimkan sebuah kapal induk Belleau Wood yang dilengkapi dengan helikopter dan pesawat-pesawat jet tempur serta dua kapal pendukung, lengkap dengan 2000 serdadu marinir ke Teluk Jakarta untuk melakukan “evakuasi militer” (Kompas, 21/5/1998).
Menurut informasi yang berkembang, ketika kerusuhan Mei 1998 meletus, ada pengacakan sinyal di Jakarta sehingga mengganggu komunikasi aparat keamanan. Dugaan kuat, pengacak sinyal itu ada di Kedubes AS di Jakarta.
Dalam temuan Wikileaks terungkap pula betapa besar peran para diplomat yang ada di Jakarta dalam menentukan kebijakan pemerintah Amerika terhadap Indonesia. Secara berkala, para diplomat di Jakarta mengirimkan pengamatannya ke Washington. Semua yang terjadi di Indonesia menjadi bahan laporan.
Sejak Indonesia Merdeka
Tidak hanya di era reformasi,  jejak kejahatan Amerika telah terlihat sejak awal kemerdekaan. Aksi nyata mereka terlihat ketika Belanda ingin masuk lagi ke Indonesia pascakemerdekaan.
Masuknya AS itu untuk mematahkan penyebaran komunis di dunia. Keluarlah Truman Doctrine pada 1947, untuk mengepung komunis dan kemudian disusul Marshall Plan tahun berikutnya guna membangun kembali Eropa dari puing-puing akibat PD II. “Ketika tentara kerajaan Belanda kembali datang ke Jawa dan Sumatera pada musim semi 1946, banyak serdadu Belanda mengenakan seragam marinir AS dan mengendarai jeep Angkatan Darat AS.” (Gouda & Zaalberg: Indonesia Merdeka Karena Amerika? Politik Luar Negeri AS dan Nasionalisme Indonesia 1920-1949; 2008). Bahkan AS diyakini turut membantu Belanda dalam serangan militer Belanda II atas Yogya pada 18 Desember 1948.
Dalam rangka menjatuhkan pemerintah Soekarno, Amerika membantu pemberontakan PRRI/ PERMESTA. AS menurunkan kekuatan besar. CIA menjadikan Singapura, Filipina (Pangkalan AS Subic & Clark), Taiwan, dan Korea Selatan sebagai pos suplai dan pelatihan bagi pemberontak.  Pada 7 Desember 1957, Panglima Operasi AL-AS Laksamana Arleigh Burke memerintahkan Panglima Armada ke-7 (Pacific) Laksamana Felix Stump menggerakkan kekuatan AL-AS yang berbasis di Teluk Subic untuk merapat ke Indonesia dengan kecepatan penuh tanpa boleh berhenti di mana pun. Satu divisi pasukan elit AS, US-Marine, di bawah pengawalan sejumlah kapal penjelajah dan kapal perusak disertakan dalam misi tersebut. Dalih AS, pasukan itu untuk mengamankan instalasi perusahaan minyak AS, Caltex, di Pekanbaru, Riau.
AS memberikan ribuan pucuk senjata api dan mesin, lengkap dengan amunisi dan aneka granat. Amerika juga mendrop sejumlah alat perang berat seperti meriam artileri, truk-truk pengangkut pasukan, aneka jeep, pesawat tempur dan pembom, dan sebagainya. Awalnya Amerika membantah terlibat, namun sebuah pesawat pengebom B-29 milik AS ditembak jatuh oleh sistem penangkis serangan udara Angkatan Perang Republik Indonesia (APRI). Pilot pesawat itu  Allan Lawrence Pope berhasil ditangkap hidup-hidup. Ia terbang atas perintah CIA.
Puncaknya ketika Amerika berada di balik pemberontakan G 30 S/PKI. Banyak dokumen dan  literatur membongkar keterlibatan CIA-yang merangkap sebagai diplomat-di  dalam peristiwa Oktober 1965 tersebut. Atas nama pembersihan kaum komunis di negeri ini, CIA turut menyumbang daftar nama kematian (The Dead List) yang berisi 5.000 nama tokoh dan kader PKI di Indonesia kepada Jenderal Soeharto. Namun yang dibunuh bukannya 5.000 orang,  Kol Sarwo Edhie, Komandan RPKAD saat itu yang memimpin operasi pembersihan ini, terutama di Jawa Tengah dan Timur, menyebut angka tiga juta orang yang berhasil dihabisi, termasuk orang yang tak tahu apa-apa. Inilah tragedi kemanusiaan terbesar setelah era Hitler.
Buku “Membongkar Kegagalan CIA” karya Tim Weiner, wartawan The New York Times, mengungkap bagaimana para diplomat AS yang juga perwira CIA berhasil merekrut Adam Malik sebagai agen mereka.
Tim Weiner menulis, “CIA berusaha mengonsolidasi sebuah pemerintah bayangan, sebuah kelompok tiga serangkai yang terdiri atas Adam Malik, Sultan yang memerintah di Jawa Tengah, dan perwira tinggi angkatan darat berpangkat mayor jenderal bernama Soeharto.
“Malik memanfaatkan hubungan dengan CIA untuk mengadakan serangkaian pertemuan rahasia dengan Duta Besar Amerika yang baru di Indonesia, Marshall Green. Sang Duta Besar mengatakan bahwa dia bertemu dengan Adam Malik “di sebuah lokasi rahasia” dan mendapatkan “gambaran yang sangat jelas tentang apa yang dipikirkan Soeharto dan apa yang dipikirkan Malik serta apa yang mereka usulkan untuk dilakukan” buat membebaskan Indonesia dari komunisme melalui gerakan politik baru yang mereka pimpin, yang disebut Kap-Gestapu. [] Humaidi
Doktrin Arthur-Churchill
Pada Perang Dunia II, Jenderal McArthur dan Winston Churchill membuat doktrin yang dikenal kemudian dengan sebutan ‘Doktrin McArthur-Churchill’. Iniadalah suatu skenario penguasaan kawasan Asia-Pasifik pasca Perang Dunia II. Khusus bagi Indonesia, doktrin ini membagi Kepulauan Indonesia menjadi tiga kawasan, yakni Kawasan Malesia (Sumatera dan Kalimantan), Kawasan Melanesia (Sulawesi, Maluku, Nusa Tenggara, dan Papua), dan Pusat Layanan(Jawa dan Bali).
Menurut doktrin itu, kawasan Malesia disubordinasikan ke Semenanjung Malaysia dan Daratan Asia Tenggara, menjadi ‘Great Malesian Region.Sedangkan Kawasan Melanesia disubordinasikan ke Kepulauan Philippines dan negara-negara Pacific (Australia dan sekitarnya), menjadi ‘Great Melano-Polynesian Region.’ Terakhir Pulau Jawa dan Bali yang menurut rencana akan dijadikan ajang operasi intelijen menggantikan peran strategis Singapura.

Doktrin itu menjadi acuan acuan Amerika dalam menyusun strategi menguasai Indonesia secara geostrategis maupun geopolitik. Tampaknya doktrin ini masih berlaku dan semakin terbukti dengan adanya cengkeraman Amerika yang kian kuat di Indonesia. Bisa jadi Kedubes AS di Jakarta akan menjadi pusat layanan di kawasan ASEAN dan Pasifik seperti yang direncanakan doktrin itu.

KELUARGA PELAKU BOM BUNUH DIRI



Dita Oepriarto adalah Kakak kelas saya di SMA 5 Surabaya Lulusan ‘91

Dita Oepriarto, lahir: sept 9, 1971


Puji Kuswati, lahir: June 16, 1975


Yusuf Fadhil, lahir: Nov 25, 2000


Firman Halim, lahir: Oct 13, 2002


Fadhila Sari, lahir: Jan 4, 2006


Famela Rizqita, lahir: Dec 9, 2009


Sumber: Kartu Keluarga

Dia bersama-sama istri dan 4 orang anaknya berbagi tugas meledakkan diri di 3 gereja di surabaya. Keluarga yg nampak baik2 dan normal seperti keluarga muslim yg lain, seperti juga keluarga saya dan anda ini ternyata dibenaknya telah tertanam paham radikal ekstrim. 


Dan akhirnya kekhawatiran saya sejak 25 tahun lalu benar2 terjadi saat ini.


Saat saya SMA dulu, saya suka belajar dari satu pengajian ke pengajian, mencoba menyelami pemikiran dan suasana batin dari satu kelompok aktivis islam ke kelompok aktivis islam yg lain. Beberapa menentramkan saya, seperti pengajian “Cinta dan Tauhid” Alhikam, beberapa menggerakkan rasa kepedulian sosial seperti pengajian Padhang Mbulan Cak Nun. Yg lain menambah wawasan saya tentang warna warni pola pemahaman Islam dan pergerakannya.


Diantaranya ada juga pengajian yg isinya menyemai benih2 ekstrimisme radikalisme. Acara rihlah (rekreasinya) saja ada simulasi game perang2an. Acara renungan malamnya diisi indoktrinasi islam garis keras. 


Pernah di satu pengajian saat saya kuliah di UNAIR, saya harus ditutup matanya untuk menuju lokasi. Sesampai disana ternyata peserta pengajian di-brainwash tentang pentingnya menegakkan Negara Islam Indonesia. Dan unt menegakkan ini kita perlu dana besar. Dan untuk itu kalau perlu kita ambil uang (mencuri) dari orang tua kita unt disetor ke mereka.


Bahkan ketua Rohis saya di buku Agendanya menyebut profesi dirinya bukan pelajar SMA, tapi Mujahid. Karena memang saat itu majalah Sabili sangat laris di sekolah kami. Isinya banyak menampilkan secara Vulgar pembantaian etnis muslim Bosnia oleh Serbia. Dan ini dijadikan pembakar semangat anak2 muda jaman saya waktu itu untuk menjadi “mujahid2 pembela islam”, beberapa akhirnya berangkat beneran ke medan perang.


Dari pengalaman menjelajah berbagai versi pemikiran dan aktivis islam dari yg paling radikal sampai liberal itu, dari sunni, sufi, wahabi, syiah, NII, dll itu, saya menyadari walaupun Islam ini mestinya satu, tapi ada banyak versi cara orang memahaminya, sehingga melahirkan banyak versi ekspresi keislaman dan pola tindakan. 


Dan dari semua versi tadi, yg paling saya khawatirkan adalah versi kakak kelas saya mendiang Dita Supriyanto yg jadi ketua Anshorut Daulah cabang Surabaya ini. Saya sedih sekali akhirnya ini benar2 terjadi, tapi saya sebenarnya tidak terlalu kaget ketika akhirnya dia meledakkan diri bersama keluarganya sebagai puncak “jihad” dia, karena benih2 ekstrimisme itu telah ditanam sejak 30 tahun lalu.


Dia mengingatkan saya pada kakak kelas lain, ketua rohis SMA 5 Surabaya waktu itu, yg menolak ikut upacara bendera karena menganggap hormat bendera adalah syirik, ikut bernyanyi lagu kebangsaan adalah bid’ah dan pemerintah Indonesia ini adalah thoghut. 


Waktu itu sepertinya pihak sekolah tidak menganggap terlalu serius. Karena memang belum ada bom2 teroris seperti sekarang. semua sekedar “gerakan pemikiran”. Memang dia dipanggil guru Bimbingan Konseling (BK) unt diajak diskusi, tapi kalau sebuah ideologi sudah tertancap kuat, seribu nasehat ndak akan masuk ke hati. Dan Akhirnya pihak sekolah menyerah, toh dia tidak bertindak anarkis, bahkan terkenal cerdas, lemah lembut dan baik hati. 


Akhirnya Ketua rohis saya ini tiap upacara bendera i’tikaf di mushola sekolah. Btw kadang saya kalau lagi males upacara, ikut menemani dia di mushola dan ikut mendegarkan siraman rohaninya. Dan yg seperti ketua rohis saya ini tidak hanya di SMA 5, tapi yg saya tahu ada di hampir semua SMA dan kampus di surabaya atau bahkan di seluruh Indonesia.


Yg ingin saya katakan, Terorisme dan budaya kekerasan yg kita alami saat ini adalah panen raya dari benih2 ekstrimisme-radikalisme yg telah ditanam sejak 30-an tahun yg lalu di sekolah2 dan kampus2. Saya tidak tahu kondisi sekolah dan kampus saat ini, tapi itulah yg saya rasakan jaman saya SMA dan kuliah dulu.


Mohon jangan salah paham, main stream-nya pergerakan islam di sekolah dan kampus ini tidak se-ekstrim kakak kelas saya tersebut. Tapi ada cukup banyak yg sifatnya sembunyi2 dimana saya waktu itu ikut merasakan ngaji bersama mereka.


Serangkaian bom di tanah kelahiran saya dng tempat2 yg sangat akrab di telinga dengan segala kenangan masa kecil, plus pelaku utama yg terasa begitu dekat dengan memori masa2 SMA-Kuliah dulu ini membuat saya tersentak bahwa Ekstrimisme, Radikalisme, bahkan Terorisme ini sudah menjadi “Clear and Present Danger”. Ini tidak lagi sebuah film di bioskop atau berita koran yg terjadi nun jauh di negeri seberang. Ini sudah terjadi disini dan saat ini disekitar kita.


Maka kita harus menetralisir kegilaan ini sampai ke akar2nya. Tidak ada gunanya kita melakukan penyangkalan (denial) bahwa ini cuman rekayasa, pelakunya ndak paham islam, ini bukan bagian dari ajaran islam, ini pasti cuman adu domba, dll.  


Nyatanya pelakunya masih sholat subuh berjamaah di mushola, lalu satu keluarga berpelukan sebelum mereka menyebar ke 3 gereja unt meledakkan diri. 


Nyatanya memang ada saudara2 kita yg memahami islam versi garis keras yg hobinya mengutip mentah2 ayat2 perang dan melupakan substansi “cinta dan kasih sayang” sebagai inti ajaran Islam. 


Nyatanya memang benih2 radikalisme, ekstrimisme ini telah ditabur 30 tahun terakhir di pikiran anak2 muda kita, di sekolah2 terbaik dan dikampus2 top di Indonesia. Dan  kalau akhirnya mewujud menjadi tindakan nyata terorisme, mestinya tidak mengagetkan kita.


Kalau kita masih saja melakukan penyangkalan, maka kita ndak akan pernah berbenah diri. Tapi kalau kita insyaf bersama, Kalau kita dengan gentle mengakui - bahwa IYA memang kita sedang sakit, bahwa memang ada banyak  diantara kita, dan saudara2 kita yg memahami islam versi garis keras, yg merasa bahwa islam harus diperjuangkan dengan kekerasan - maka kita bisa mulai mengambil langkah2 solutif.


Dan langkah2 solutif nyata yg bisa kita lakukan diantaranya adalah: 


1. Mulai menetralisir alias melunakkan paham islam garis keras dan mulai menyebar luaskan paham islam moderat (washothiyah).


2. SMA2 dan Kampus2 harus disterilkan dari gerakn2 bawah tanah islam garis keras, diganti dengan kemeriahan dan kegembiraan aktivitas islam yg menebarkan “cinta dan welas asih” pada sesama manusia.


3. Sosial media harus dipenuhi kampanye “islam yg ramah dan penuh kasih sayang”. Bukan islam yg keras, penuh umpatan, dan kata2 kasar, apalagi hoax dan berdarah2.


4. Pertarungan politik mohon jangan lagi menggunakan isu SARA sebagai komoditas rebutan kekuasaan. Apalagi disertai kampanye hitam saling menghujat yg membuat bahkan setelah selesai Pilkada/Pilpres-nya masyarakat jadi terbelah saling bermusuhan.


5. Mawas diri dan sama2 menahan diri dalam menyikapi perbedaan2 dalam penafsiran Islam. Islamnya satu dan sumbernya sama, tapi nyatanya cara kita memahaminya bisa macem2. Dan ini fenomena psikologi yg wajar. Ayo tebarkan sikap saling memahami dan berempati, bukannnya saling curiga dan menyalahkan. Islam harus dipulihkan reputasinya dari wajah muram penuh kekerasan menjadi wajah ramah penuh Cinta pada sesama manusia.


Benar kata Muhammad Abduh, cendekiawan muslim abad 20, “Al-islamu Mahjubun bil muslimin”, Keindahan Islam ini terhijab/tertutupi oleh akhlak buruk sebagian umat islam sendiri”. Jadi mari kita yg akan bersama2 memulihkan wajah Indah Islam.


Terakhir, mari kita dengar seruan  seorang remaja islam peraih Nobel Perdamaian, Malala Yousafzai: 


“Peluru hanya bisa menewaskan teroris, tapi hanya PENDIDIKAN-lah yg bisa melenyapkan paham terorisme (sampai akar2nya: radikalisme, ekstrimisme)”


Stay Save.. Keep Optimism.. Spread Love & Compassion..


And for my beloved Christian brothers & sisters.. my deep condolence for all of you.. from the bottom of my heart, I am really sorry..


Love & Peace for all of us..


Saya yg sedang berduka,


Ahmad Faiz Zainuddin

Alumni SMA 5 Surabaya Lulusan 1995

Jumat, 11 Mei 2018

Mahathir PM Lagi



*_by Dahlan Iskan_*


Begitu efisien Pemilu di Malaysia. Pukul 08:00 mulai pemungutan suara. 

Pukul 17:00 ditutup.

Pukul 22.30 malam Mahathir sudah mengklaim kemenangan oposisi.

Pukul 03.00 Mahathir sudah resmi mengumumkan kemenangannya. 

Pukul 05.00 KPU umumkan hasil Pemilu: Oposisi dapat 122 kursi, Barisan Nasional 79 kursi, Partai Islam PAS dapat 18 kursi dan independen 8 kursi. 

*Beres: 222 kursi DPR terisi.*


*Siang harinya pemerintahan baru terbentuk. Malam harinya PM baru dilantik oleh Yang Dipertuan Agung. Di Istana Raja. Pemerintah sudah berganti hanya satu hari setelah Pemilu. Inilah Pemilu model Inggris. Tidak ruwet dan panjang. Tidak seperti model Amerika.*


Mahathir yang pernah menyelamatkan Malaysia dari krismon tahun 1998 kini menyelamatkan Malaysia lagi. Dari rusaknya sistem hukum dan demokrasi.


*Bayangkan: Mahathir Mohamad. Umur 92 tahun. Dapat tugas yang begitu sulit.*


Sembilan tahun lalu saya bertemu Mahathir. Di Kuala Lumpur. Sudah sangat lemah. Sakit-sakitan. Selalu dipapah. Kini memenangi Pemilu. Jadi perdana menteri lagi.


Waktu umur 78 tahun Mahathir sudah merasa tua. Ia memutuskan tidak ikut Pemilu lagi. Berhenti sebagai perdana menteri. Yang sudah ia jabat selama 22 tahun. Padahal, kalau mau, ia bisa melakukan segala cara. Untuk terus berkuasa. Ia orang yang amat kuat. Digelari Soekarno kecil. Membangkitkan nasionalisme. Tapi juga melakukan modernisasi. Sangat sukses. Meninggalkan jauh Indonesia.


Pun nafsunya bersaing dengan Singapura luar biasa. Ia malu kalau Malaysia kalah. Ia bangun twin tower yang iconic itu. Ia bangun jaringan jalan tol. Ia genjot sawitisasi. *Semua programnya top. Tidak ada yang pepesan kosong.*


Tapi, juga, ia lakukan ini: ia pecat Anwar Ibrahim. Wakilnya. Yang masih sangat muda. Yang sangat pintar. Yang jadi idola. Sampai Indonesia. Sudah banyak yang memastikan ia adalah the next PM. Tapi Mahathir melihat lain. Seperti kelihatan ‘kesusu’ menggatikannya. Ia masukkan Anwar ke penjara.


Anwar Ibrahim, ahli keuangan itu, tentu kecewa pada mentornya. Lantas membangun partai oposisi. Tapi tidak pernah menang. Anwar keluar masuk penjara. Akhirnya partai itu dipimpin Wan Azizah, istri Anwar. Dan putrinya: Nurul Azizah.


Anwar tidak pernah bisa menggoyahkan dominasi Barisan Nasional. Sampailah Mahathir memutuskan tidak mau lagi berkuasa.


Ternyata Mahathir sangat tidak puas dengan perdana menteri yang menggantikannya: Abdullah Badawi. Terlalu kalem. Dan lemah. Dan kurus. Begitu pula kesan saya. Saat bertemu Abdullah Badawi di Kuala Lumpur. Di kantor perdana menteri waktu itu.


Pemilu berikutnya Mahathir bergerak di balik layar. Badawi tidak akan bisa membuat Malaysia maju. Mahathir memang masih menjadi orang kuat. Ia dukung Najib Razak untuk menggantikan Abdullah Badawi. Sukses. Jadilah Najib perdana menteri. Atas dukungan Mahathir.


Tapi Mahathir melihat Najib terlalu mementingkan dirinya sendiri. Dan tidak bisa mengontrol isterinya. Yang konon juga jadi dalang atas kematian gadis cantik --cantiiiiiiik sekaliiiii-- Mongolia. Yang hangus bersama mobilnya. Di Kuala Lumpur. Tanpa diusut tuntas penyebabnya. Sampai sekarang.


Tahun 2016 Mahathir sangat malu. Atas terbongkarnya mega korupsi di 1MDB. Perusahaan negara yang didirikan Najib. Ia keluar dari partai UMNO yang dibesarkannya. Berarti keluar juga dari koalisi Barisan Nasional.


Mahathir berhasil ‘wawuh’ dengan Anwar Ibrahim. Yang pernah ia pecat dulu. Yang ia penjarakan dulu. Untuk bersama-sama melawan Najib Razak, bekas kadernya. Melalui koalisi Pakatan Harapan. Sukses. Menciptakan tsunami politik di Malaysia: 9 Mei 2018.


Waktu mengumumkan kemenangan itu Mahathir minta istri Anwar yang tampil. Memberi muka. Dan niat baik. Mahathir juga langsung bikin statemen: akan segera mengampuni Anwar. Begitu ia jadi perdana menteri. Agar Anwar bisa segera keluar penjara.


Bahkan Mahathir juga mengatakan ini: dengan pengampunan itu Anwar bisa menjadi perdana menteri. Tapi Anwar harus menjadi anggota DPR atau DPD dulu. Di Malaysia, ikut Inggris, untuk menjadi perdana menteri harus anggota DPR/DPD.


Untuk sementara istri Anwar-lah yang akan tampil di pusat pemerintahan. Sebagai Wakil Perdana Menteri. Jabatan suaminya dulu. *Berarti pasangan ini akan menjadi sama-sama pernah menjabat wakilnya Perdana Menteri Mahathir Mohamad.*


Bagaimana nasib Najib Razak selanjutnya?


Semula ada rumor ia akan mendekritkan keadaan darurat. Spekulasi ini muncul pada pukul 22.00 malam itu. Kok perhitungan suara mulai seret. Bahkan berhenti. Tapi suara rakyat terlalu besar ke oposisi. Tidak bisa lagi ditukangi.


Lalu ada rumor lagi: ia akan mencari jet. Bersama dia, she, isterinya itu. Terbang entah ke mana.


Malam itu semua wartawan ngumpul di markas besar BN. Ingin tahu sikap Najib. Tapi yang ditunggu tidak kunjung muncul. Wartawan pindah memenuhi lingkungan rumah Najib. Juga tidak menampakkan diri.


Tapi Najib tidak ke mana-mana. Siang kemarin ia bikin pernyataan. Masih belum mau mengakui kekalahannya. Tapi ia berkata menghormati keinginan rakyat.


Maksudnya: rakyat sebagian besar ternyata masih memilih BN. Tidak ada satu partai pun yang suaranya lebih besar dari BN. Pakatan Harapan itu, katanya, bukan koalisi resmi. Secara hukum tidak legal.


Maka Najib menyerahkan putusan kepada Yang Dipertuan Agung: siapa yang hendak dilantik jadi PM. Begitulah hukum di Malaysia. Kalau tidak ada partai pemenang mayoritas, putusan diserahkan pada raja. Biasanya raja melantik ketua partai yang memperoleh suara terbesar. Itu... hahaha... berarti Najib.


Raja terpengaruh. Atau ingin hati-hati. Sore itu mestinya raja sudah melantik Mahathir. Apalagi Mahathir sudah ke istana. Disertai istri Anwar Ibrahim. Sebagai Ketua Partai Keadilan. Tampak juga Tan Kok Wai beserta Lim Guan Eng. Ketua dan Sekjen Partai Aksi Demokrasi. Ada Mahyuddin Yassin. Ketua Partai Pribumi Bersatu. Empat partai dalam koalisi Pakatan Rakyat sudah di istana.


Ternyata mereka bukan menghadiri pelantikan. Medsos mulai gegap-gempita. Menuduh raja terpengaruh Najib.


Para pimpinan partai itu lantas menyerahkan pernyataan: mendukung Mahathir jadi perdana menteri. Seorang pengacara terkemuka angkat suara. Pelantikan Mahathir tidak ada hubungannya dengan perolehan suara partai. Begitu mayoritas anggota parlemen menyetujuinya bereslah itu barang. Begitulah konstitusi Malaysia.


Pukul 19:00, istana mengeluarkan pernyataan. Pelantikan Mahathir dilakukan pukul 21.30. Raja tidak ingin menundanya. Hanya ingin prosedurnya benar.


*Saya begitu kagum dengan Mahathir: bagaimana bisa umur 92 tahun begitu energetik. Lihat betapa lelahnya minggu-minggu terakhir. Terutama dua hari belakangan. Dan lihatlah waktu pukul 03:00 dini hari masih harus mengadakan konferensi pers: betapa sehatnya ia. Betapa runtut tutur katanya. Betapa jernih pikirannya.*


*Dan betapa cerdiknya: langsung ia liburkan hari Kamis dan Jumat. Berarti sampai Minggu. Bank tidak bisa bergerak. Lalu-lintas uang terhenti. Yang mau eksodus kecele. Yang mau ramai-ramai transfer ke luar negeri gigit jari. Mahathir punya waktu empat hari untuk ambil langkah strategis.*


Betapa lelahnya. Untuk manusia berumur 92 tahun. Saya mau. Berumur 92 tahun dalam keadaan kesehatan seperti itu.


Siapa mau ikut?(dis)

"K R I M I N A L I S A S I " BLANTIKA SENI

Oleh: Jhoni Firdaus


          Berakhir sudah perjalanan panjang seorang ARIF di kancah LIGA DANGDUT Indosiar, sampai di fase tiga besar, Kamis 10 Mey kemaren, karna dalam event tersebut segala aturan yang diberlakukan mutlak kewenangan para mereka yang terlibat langsung dlm penyelenggaraan, seperti polling/dukungan via SMS dan kewenangan para DEWAN JURI yang katanya,  mereka" yang sudah punya pemahaman dan pengalaman yang tidak diragukan lagi dalam memilih dan menentukan siapa yg terbaik diantara masing" peserta yang bersaing, atas dasar itulah salah seorang peserta yang mewakili provinsi SUMATRA BARAT dalam hal ini ARIF FIRMAN diberi dua lampu merah oleh Dewan Juri satu NAZAR dan satunya lagi SOIMAH, saya secara pribadi dan mewakili semua fans dan pendukung ARIF jelas kaget dan seperti tak percaya akan kejadian itu, sebab selama perhelatan itu berjalan kami tau persis,  apa komentar" yang mereka sampaikan ketika ARIF selesai melantunkan senandungnya, akan tetapi, kenapa pada fase tiga besar itu, saudara NAZAR dan SOIMAH berkeputusan lain..? Lucunya lagi seorang SOIMAH,  dengan segudang pengalaman di bidang Teknis Tarik Suara kok memberikan lampu merah kepada kedua peserta yang mau ditentukan..?  ANEH kan...? Artinya saya mempertanyakan sikap dan alasannya yang demikian..? lalu penentu itu tertuju ke pada NAZAR yg dalam satu kesempatan DIA pernah berduet dengan ARIF dan apa yang dia simpulkan tentang ARIF pada saat itu mungkin masih segar dalam ingatan kita bersama tapi........ Kenapa pada malam yang begitu penting dan genting itu kejadiannya seperti kita kesambar petir di siang bolong,? Tapi apa boleh buat,  kita bukan siapa-siapa pada moment itu, yang bisa kita rasakan hanyalah keputusan dari NAZAR dan SOIMAH adalah satu putusan yang tak beralasan, Keputusan mereka berdua adalah keputusan sabjektife dan bermuatan KOMERSIAL....... Sangat disayangkan ketika orang" sekaliber mereka mau juga melakukan KRIMINALISASI DUNIA SENI....????? #kacaudankacau.

POLITIK = MEMILIH TEMAN DALAM KEPENTINGAN

_Tulisan bagus_ 


Menghadapi tahun politik agar kita hati2

agar tidak menjadi korban politik.

Sebelum putus persahabatan gara2 politik mohon dibaca dulu ini!


_tulisan Okki Mc Adam_ 



*Tidak Ada Musuh & Teman yang abadi*


Mari sama-sama kita renungkan... ๐Ÿ™

Prabowo itu calon wapres yang berpasangan sama Megawati (Pilpres 2009), Fadili Zon itu juru kampanye Jokowi Ahok dengan baju kotak-kotaknya di Pilgub 2012.


Anies itu tim sukses Jokowi-JK plus mantan menteri pendidikan, setelah sebelumnya Anies pemenang capres versi konvensi Partai Demokrat, partai besutan SBY.


Lanjut....


SBY itu menterinya Mega, maju nyapres bareng JK dengan didukung penuh Surya Paloh. Sekarang Suryo Paloh mesra banget sama Mega, seraya menjauhi SBY.


Pilpres berikutnya giliran JK nyapres bareng Wiranto melawan SBY-Boediono yg didukung om Ical.... Lalu kemana om Ical? Sekarang temenan ama Prabowo yg dulu kompetitornya di Pilpres 2009, dan lucunya temenan juga sama Rachmawati, musuh besar pengusaha dan para militer...


Masih ingat Amien Rais? Manusia ini lebih unik lagi, menggulingkan Gus Dur sehingga Mega naik jadi presiden. Padahal sebelumnya paling ga sudi Mega jadi presiden. Dia yang menjadi inisiator agar Gus Dur jadi presiden.


Pilpres berikutnya ia ngelawan SBY (2004) dan Prabowo (2009). Amien begitu anti dengan Prabowo karena dianggap pelanggar HAM dengan menculik para aktivis. Eehhh, sekarang Amien akrab banget dengan Prabowo, Perlu diketahui, pada 1998, Amien adalah target jenderal Prabowo utk "diamankan".


Bagaimana dgn PKS ?

Semua juga sudah tahu ceritanya. Para kader gila-gilaan melakukan black campaign menjatuhkan Prabowo pada Pilpres 2009 dan Pilkada DKI 2012. Sekarang, aah...tak terpisahkan.


PKS dan Gerindra selama masa SBY adalah musuh bebuyutan, karena Gerindra begitu mesra bersama PDIP dalam status oposisi), sementara PKS masuk koalisi di Setgab SBY.


Bahkan sekarang om Fadli dan om Fahri udah kayak ipin dan upin. Tapi anehnya, Fahri gontok-gontokan dengan PKS yang para bosnya (Sohibul Iman dan Prabowo) begitu seiya sekata.


Tambahan. Ahmad Dhani ?!?!? Hehehe, geger dengan FPI karena masalah lambang agama, menciptakan lagu "Laskar Cinta" buat nyindir FPI, sekarang? Yaa begitulah.


Jadi jangan kaget kalau kalau besok besok, boleh jadi bang Jonru jadi pembela Jokowi, om Denny Siregar jadi pembela Prabowo. Nothing is impossible in this country. Makanya istilahnya adalah "bermain politik", karena ini hanyalah sebuah permainan. Bukan ideologis. Dalam politik itu, tidak ada kawan sejati atau musuh abadi, yang ada adalah kepentingan yang abadi. Politik kepentingan jauuuuhhhh mengalahkan ideologi, partai maupun golongan.


Mari kita yang rakyat biasa ini ingat, bahwa politik itu permainan yg dinamis. Jangan korbankan teman, saudara, tetangga hanya berbeda pilihan politik hari ini, yang wajar wajar aja lah, ga perlu emosional. Mereka yang di atas ketawa ketiwi aja ngeliat kita berdebat kusir, menghabiskan energi dengan saling mencela pilihan orang lain.  ๐Ÿคช๐Ÿ˜œ๐Ÿคฃ

PESONA DANAU KEMBAR

Serupa tapi tak sama namun keindahannya sebanding, itulah Danau Di Atas dan Danau Di Bawah di Solok, Sumatera Barat. Kedua danau ini berdamp...