Translate

Jumat, 04 Mei 2018

Meningkatkan Motivasi dengan Mengingat Mati




Betapa banyak dari manusia saat ini yang lupa dan seolah mereka akan hidup selamanya. Sehingga mereka bermalas-malasan untuk melakukan amal, pelit dalam berinfaq, dan cinta harta dunia. Ini semua dikarenakan lalainya manusia dari kematian. Padahal sering sekali kita mendengar berita kematian seseorang, tak peduli apakah anak-anak maupun orang tua. Jika sudah ajalnya, mereka pasti meninggalkan dunia untuk selamanya.


Hal ini senada dengan firman Alloh subhanahu wata’ala:


“Di mana saja kamu berada, kematian akan mendapatkan kamu, kendatipun kamu di dalam benteng yang tinggi lagi kokoh.”

(QS. An-Nisa`: 78)


Suatu hari Sahabat Umar bin Khattab duduk bersama Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam. Kemudian datanglah seorang sahabat Anshar. Seraya memberi salam ia berkata: “Wahai Rosululloh, mu’min yang seperti apa yang paling utama?”. Beliau menjawab :”Yang paling baik akhlaknya”. Sahabat itu bertanya lagi: “Mu’min seperti apakah yang paling cerdas?” Beliau menjawab: “Muslim yang paling cerdas adalah yang paling banyak mengingat kematian dan yang paling baik mempersiapkan diri untuk sesudah kematian itu, mereka itulah orang-orang yang cerdas” (Diriwayatkan Imam al-Qurtubi dalam al-Tadzkirah fi Ahwal al-Mauta wa Umuri al-Akhirah dan dihasankan oleh Al-Albani).


Nabi shollallohu’alaihi wasallam menyebut orang yang ingat kematian dan mempersiapkannya itu sebagai orang cerdas, sebab orang seperti itu mengetahui hakikat hidup, dan menghindar dari tipuan-tipuan kehidupan.


Dalam sebuah hadits lainnya, Rosululloh shollallohu’alaihi wasallam bersabda: “Perbanyaklah olehmu mengingat-ingat kepada sesuatu yang melenyapkan segala macam kelazatan, yaitu kematian.” (HR. Turmudzi)


Hadits Nabi shollallohu’alaihi wasallam tersebut merupakan nasihat sekaligus peringatan. Bahwasannya mengingat mati itu perintah, sebab orang yang teringat kematian dengan sebenarnya pasti dirinya akan termotivasi untuk mengurangi sifat-sifat tamaknya terhadap dunia dan menghalanginya untuk berangan-angan yang tak berujung. Hadits itu juga peringatan bahwa, betapa sakarotul maut itu sungguh ujian yang dahsyat dan dapat memutus segala kelezatan yang selama ini kita rasakan dalam kehidupan dunia. Tentang dahsyatnya sakarotul maut, mari kita simak firman Alloh subhanahu wata’ala berikut ini:


“Alangkah dahsyatnya sekiranya kamu melihat di waktu orang-orang yang dzalim berada dalam tekanan sakaratul maut, sedang para malaikat memukul dengan tangannya, (sambil berkata), ‘Keluar-kanlah nyawamu”.

(QS. Al-An’am: 93)


Begitulah bagaimana maut itu menjemput orang dzalim. Seperti kulit terkelupas secara pelan-pelan dari ujung kaki hingga kepala.


Mari Introspeksi


Setelah kita mengingat bahwa kematian dapat datang kapan saja, mari kita sejenak introspeksi dan menghisab (hitung) amal kita. Apakah selama ini kita sudah banyak beramal kebaikan atau justru keburukan yang kita lakukan. Sudah cukupkah bekal kita untuk menghadapi kematian? Dan apakah kita yakin kebaikan kita diterima oleh Alloh subhanahu wata’ala, atau justru amal baik kita sia-sia bagai debu yang beterbangan?


Maka segeralah beramal.


Ya.. tak ada waktu lagi bagi kita untuk berleha-leha dan bermalas-malasan dalam berbuat kebaikan. Dan sebenarnya hal ini pernah dikatakan oleh Ibn Umar: “Jikalau engkau berpetang-petang, maka janganlah engkau menanti-nantikan waktu pagi dan jikalau engkau berpagi-pagi, janganlah engkau menanti-nantikan waktu petang – yakni untuk mengamalkan kebaikan itu hendaklah sesegera mungkin. Ambillah kesempatan sewaktu engkau berkeadaan sihat untuk mengejar kekurangan di waktu engkau sakit dan di waktu engkau masih hidup guna bekal kematianmu.” (HR. Bukhari)

Tidak ada komentar:

PESONA DANAU KEMBAR

Serupa tapi tak sama namun keindahannya sebanding, itulah Danau Di Atas dan Danau Di Bawah di Solok, Sumatera Barat. Kedua danau ini berdamp...